Pendakian Gunung Prahu

Kali ini aku ingin berbagi cerita pengalaman pendakian Gunung Prahu. Pendakian ini untuk rasa syukur sekaligus memperingati euforia momen wisuda. Gunung Prahu adalah puncak tertinggi di kawasan dataran tinggi Dieng dengan ketinggian mencapai 2.565 mdpl atau sekitar 8.415 kaki. Gunung ini terkenal dengan jalur pendakiannya yang cukup pendek dan waktu yang singkat. Hal ini dikarenakan jalur pendakian yang sesungguhnya dimulai pada ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut.

Gunung Prahu highly recommended, memiliki banyak keistimewaan. Puncaknya memiliki golden sunrise yang konon terbaik se-asia tenggara. Dari puncak prahu ini kami juga dapat melihat keindahan beberapa gunung lain seperti Merbabu, Merapi, Sindoro, dan Sumbing. Tidak hanya itu, puncak Prahu juga memiliki bukit teletubies yang indah, dan hamparan bunga daisy yang cantik dibeberapa spot. Puncak Prahu bisa ditempuh melalui jalur Pranten dari Batang, jalur Patak Banteng dari Wonosobo, atau jalur Kenjuran dari Kendal. Aku dan 6 orang kawan (3 laki-laki dan 3 perempuan) meluncur dari Jogja ke Wonosobo. Kami memilih melalui jalur Patak Banteng. Jalur ini cukup favorit dikalangan pendaki.







Basecamp kami ada di balai desa setempat, tepatnya di ruang belakang balai desa. Kami memulai pendakian pada dini hari sekitar pukul 1.30. Dari basecamp kami berjalan untuk menuju ke post 1 (sikut dewo). Waktu tempuhnya kira-kira 50 menit. Setelah trek tangga, kami melewati jalur batu yang sudah tersusun rapi. Trek permulaan ini langsung menanjak, lumayan lah bikin dada engap. Selanjutnya kami melewati jalur perkebunan sebelum akhirnya sampai di pos 1 (sikut dewo). Pos 1 ke pos 2 juga memakan waktu tempuh sekitar 50 menit. Dari pos 1 ke post 2 kita akan melalui jalur perkebunan yang terus menanjak. Pos 2 adalah canggal walangan. Sedangkan dari pos 2 kami harus melewati hutan untuk sampai di pos 3.

Pos 3 adalah pos cacingan. Tapi entah kenapa kami tidak melihat pos cacingan itu. Semacam keluar dari jalur yang seharusnya. Trek yang kami lalui menuju ke puncak cukup terjal. Kami mengalami beberapa kesulitan untuk melaluinya bahkan harus dengan cara estafet menaikan carier-carier kami terlebih dahulu baru kami gunakan tali untuk terus naik. Beberapa teman sempat terpeleset termasuk aku. Bahkan seorang teman laki-laki jatuh beberapa meter ke bawah. Untunglah tidak mengalami cedera yang berarti hanya sedikit terkilir dan luka di kaki. Trek mudah yang banyak orang bicarakan tidak 100% berlaku untuk perjalanan kami kali ini. Aku merasakan beberapa kesulitan yang lebih dibandingkan saat pendakian Merbabu sebelumnya. Terutama trek menjelang summit-nya. Tapi alhamdulillah masih bisa sampai di puncak dan menikmati golden sunrise nya. Kami memakan waktu perjalanan hingga 5 jam untuk sampai di puncak. Sementara waktu normal hanya sekitar 3 jam.

Setelah turun dan beristirahat di basecamp, aku baru menyadari kenapa perjalanan kali ini mengalami beberapa kesulitan. Sebelum mendaki, aku sudah cari-cari tahu informasi tentang pendakian Gunung Prahu ke beberapa kawan di Jogja yang sudah pernah kesana. Informasi yang aku dapat bahwa jalur pendakiannya sangat mudah, jalurnya pendek dan waktu yang singkat. Cocok sekali untuk para pemula, bahkan untuk perempuan aman jika ingin mendaki tanpa ada kawan laki-laki. Disitu aku berpikir bahwa aku dan kawan-kawan pasti bisa sampai puncak dengan mudah. Dan lagi ini bukan pendakian pertama kami, bahkan beberapa kawan laki-laki sudah sering mendaki. Berangkat dari kalimat-kalimat itu, aku jadi lupa diri. Ada semacam rasa meremehkan yang terlanjur terpatri, dan aku tidak menyadari bahwa itu sebuah kesombongan yang mutlak. Padahal aku tahu bahwa untuk mendaki itu tidak hanya butuh perlengkapan safety, perbekalan yang cukup, atau fisik yang sehat, tetapi juga pikiran dan perkataan yang baik serta hati yang jernih. Bersyukurlah aku, Allah tidak menegur kami dengan hal-hal yang lebih buruk dari sekedar tersesat, atau luka yang lebih besar dari sekedar terpeleset ataupun jatuh.

Ini pelajaran berharga untukku. Semoga kawan-kawan pembaca dapat mengambil manfaatnya. Alam tidak akan pernah mengkhianati cinta dan kebaikan kita padanya. Jadi jangan pernah membuatnya sedih dengan keangkuhan kita dan hal-hal buruk lainnya. Sampai jumpa lagi di petualangan selanjutnya.



Maguwoharjo, 25 November 2014.



Comments

Popular posts from this blog

Review Laser CO2 (Tahi Lalat)

Review Diamond Peel Treatment

Pengalaman Saya di Rekrutmen Nestle Indonesia