Review Laser CO2 (Tahi Lalat)

Haloooo....aku mau share something nih yang barangkali agak berfaedah buat kawan-kawan semua terutama untuk yang lagi cari review soal treatment laser untuk tahi lalat. Hahaha (penting banget yak bahasnya tahi lalat wkwkwk).

Jadi beberapa waktu lalu aku melakukan operasi kecil untuk menghilangkan tahi lalat. Tahi lalat aku letaknya diantara bibir dan hidung, kecil sih, tapi ku perhatikan dia makin lama makin membesar dan warnanya makin menghitam dan timbul. Tapi tidak ada rasa gatel sama sekali hanya makin hari aku makin merasa terganggu. Beberapa kawan dan orang-orang disekelilingku juga mulai memperhatikan. Tidak jarang dari mereka malah salah fokus kalau lagi ngobrol sama aku. Kan bikin keki yak, dan aku pun makin merasa tidak nyaman (ngga PEDE wajahnya dilihat orang lama-lama, apalagi lawan jenis, duh). Akhirnya setelah melalui proses browsing dan tanya kanan kiri ke teman-teman dokter, aku memutuskan untuk pergi ke klinik skin care untuk konsultasi soal tahi lalat ku. Awalnya cuma mau konsultasi dulu aja tapi karena dokterku bilang bisa langsung ditindak saat itu juga dan tidak ada resiko yang perlu dikhawatirkan karena hanya dengan laser CO2 aja, maka ya udah jadilah aku berani. 

Sebelum memutuskan untuk buang tahi lalat, aku sudah ngobrol dulu dengan orang tua ku yang awalnya tanggapan mereka bilang "ngga usah macem-macem, biarin aja untuk jadi ciri khas" gitu mereka bilang. Tapi aku menjelaskan keadaan yang aku rasakan karena memang makin membesar dan aku merasa tidak nyaman, akhirnya mereka pun approved. 

Sebelum benar-benar memutuskan untuk menghilangkan tahi lalat, aku juga konsultasi ke salah satu direktur ku di kantor. Kebetulan beliau adalah spesialis kulit. Menurut beliau (dr. Arief Budiyanto, Ph.D., Sp.KK(K)), tahi lalat ada yang berbahaya dan tidak berbahaya. Ciri tahi lalat yang tidak berbahaya adalah mempunyai batas yang tegak, simetris, tidak menimbulkan gatal, tidak mengalami bleeding, tidak tumbuh rambut, tidak terjadi perubahan warna, tidak ada benjolan, serta tidak tumbuh atau berkembang secara cepat. Jika yang terjadi sebaliknya maka perlu diwaspadai karena berarti tipe tahi lalat yang berbahaya. Apalagi jika ukurannya menjadi asimetris dengan batas yang tidak tegas dan kulit di sekitar tahi lalat mengalami pembengkakkan, kemerahan, atau perubahan warna lainnya yang menyebar pada kulit di sekitar daerah yang berpigmen. 

Untuk menghilangkan tahi lalat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, laser CO2, cauter, dan operasi. Jika tahi lalat tidak terlalu dalam, treatment yang dapat dipilih adalah dengan menggunakan laser dan cauter. Efek sampingnya adalah kemerahan, lukanya yang ditimbulkan pasca operasi juga ringan dan hanya sebatas luasnya tahi lalat saja sebelum akhirnya akan remodelling secara sempurna dengan sendirinya.

Untuk tahi lalat yang besar dan berbahaya maka dilakukan operasi. Tentu harus dilakukan oleh ahli bedah. Efek sampingnya adalah bisa menimbulkan scar, kecuali jika operasinya bagus maka dapat meminimalkan scar yang ditimbulkan pasca operasi. 

Untuk kasus tahi lalat ku, alhamdulillah masih tergolong tahi lalat yang normal meskipun dia tumbuh dan mengalami perubahan warna. Dari yang semula hanya titik cokelat kecil dan datar hingga terus timbul dan berubah warna menjadi sangat hitam. Aku memilih treatment Laser CO2 di salah satu klinik skin care. Sebetulnya bisa saja aku memilih untuk dilakukan tindakan di rumah sakit tempatku bekerja sekarang dengan salah satu dokter spesialis kulit yang ku kenal baik dan juga memang telah direkomendasikan oleh direktur ku (sudah ku sebut namanya di atas), dengan lebih low cost jika dibandingkan dengan biaya di klinik skin care. Tapi entahlah aku prefer untuk pilih di klinik saja selain karena aku memang sudah pernah treatment di sana, tindakan juga bisa dilakukan malam hari juga lepas jam kantor sekalian bisa mampir sebelum pulang ke rumah (kebetulan tempatnya kurang lebih hanya 1 kilometer dari tempat tinggalku, jadi deket banget).

Laser CO2 adalah laser dengan daya potong, menggunakan teknologi carbon dioxide yang berfungsi tidak hanya untuk menghilangkan tahi lalat, tapi bisa juga untuk treatment scar pada kulit, jerawat, kerutan dan tumor jinak. Dokter pada saat itu bilang bahwa untuk tahi lalatku hanya cukup sekali laser saja dengan biaya 300rb karena kecil dan hanya 1 titik. FYI, besar kecilnya biaya juga dilihat dari kondisi tahi lalatnya juga, ukuran, dan berapa titik yang akan dihilangkan. Customer service tidak bisa memberikan informasi biaya karena dokternya langsung yang memberikan biayanya. Jadi kalau kita tanya Customer Service, pasti dia bilang "konsul dulu saja!!!".

Prosesnya sebelum dilaser, tahi lalat akan dibersihkan terlebih dulu, kemudian diberikan anestesi topikal (bius lokal dengan dioleskan obat anestesi) lalu didiamkan/ditunggu hingga efek anestesinya bekerja kurang lebih hingga 20 menit baru kemudian dilakukan laser selama 15 menit (tergantung besar-kecil dan dalam-tidaknya tahi lalat). 

Walaupun sudah diberikan anestesi topikal tapi pada saat tindakan aku tetap masih merasakan sakit (tapi bukan sakit yang hebat sih) hanya cekit-cekit seperti ditusuk-tusuk jarum. Beberapa kali aku minta dokternya berhenti. Aku mencium bau-bau aroma khas macam bau gosong gitu pada saat proses laser, apalagi letaknya di bawah hidung jadi langsung masuk hidung deh baunya, beberapa kali sempat sampai tahan nafas. Karena baunya bikin parno.

Pasca laser, luka ditutup dengan cream antibiotik. Bagian kulit disekitar tahi lalat juga jadi kemerahan. Dan yang paling bikin aku was-was adalah bekas lukanya dalam mungkin karna memang harus ngelaser sampai akar dan itu dalam, aku was-was takut kulit tidak akan recovery sempurna yang akhirnya akan menjadi scar. Spontaneously saat itu aku bilang ke dokternya kenapa bisa sedalam itu lukanya, dan dijawab "tenang saja, kulit akan naik dan kembali normal, rata, tanpa menimbulkan bopeng". Maklum aku separno itu karena muka aku sudah banyak bopengnya, bekas cacar dan bekas jerawat. Nggak rela rasanya kalau harus ada bopeng tambahan. 

Aku diresepi cream antibiotik dalam jar dengan kisaran harga 50rb (aku lupa persisnya berapa rupiah, tapi nggak lebih dari 50rb). Lalu diminta agak tidak terkena air dulu dalam 3 hari (yang ini gimana ceritanya ya, di wajah tapi diminta ngga kena air 3 hari). Tidak boleh ada make up atau cream apapun yang mengenai bekas lukanya kecuali cream antibiotik. Tapi tetep aku cuci muka seperti biasa dan wudhu seperti biasa, setelahnya ku keringkan luka lalu ku tutup dengan antibiotiknya lagi. 

Dalam kurun waktu satu minggu aku tutup terus dengan antibiotik, dan entah kenapa bekas lukanya lama banget keringnya. Padahal dokternya bilang 3-4 hari sudah akan kering dan nutup lagi remodelling seperti semula tanpa bopeng. Setelah seminggu lebih, luka baru mulai menutup sempurna, walau masih terlihat bekas kemerahan dan putih dibagian tengah bekas area yang dilaser. 

Masuk diminggu kedua (dalam kurun waktu yang sesingkat ini) aku perhatikan ada satu titik cokelat samar yang muncul lagi di tempat yang sama, ku perhatikan makin hari titik itu warnanya makin tegas, makin cokelat dan malah ada 2 spot. Akhirnya aku kembali ke dokter yang sama dan diputuskan untuk laser ulang untuk kedua kalinya. Menurut dokter ternyata akarnya lebih dalam dari perkiraan semula sehingga belum optimal pada laser kali pertama. Aku manut saja jika harus dilaser ulang yang penting bersih tanpa bekas dan tanpa bopeng. Dokter hanya memberi charge 100rb di laser kedua itu. Dia bilang kalau sampai kedua kali ini masih muncul spot maka akan free charge untuk selanjutnya sampai bersih (dalam hati aku agak gimana gitu yaa, mestinya sekali laser saja cukup dengan teknologi secanggih itu. Beberapa review ku baca hasil laser CO2 untuk tahi lalat sekali laser saja sudah cukup hingga bersih tanpa bekas. Tapi entahlah kenapa aku berbeda, sempat agak kecewa sih sama dokternya, (aku ngga puas dengan hasilnya).

Sekarang sudah hampir 6 bulan sejak proses itu dan alhamdulillah sudah tidak ada brown or black spot yang muncul-muncul lagi dan betul memang tidak menimbulkan bopeng (ini yang paling aku syukuri). 

Sekian review singkat based on my experience Laser CO2 untuk tahi lalat.

*maaf tidak ada foto before-after nya, sudah ku cari di memori ponsel dan laptop tapi entah tenggelam kemana. 


Picture credit by Pinterest.