Perawatan Gigi Berjejal
Dalam bidang kedokteran gigi, permasalahan
gigi berjejal dapat ditangani melalui perawatan ortodontik. Perawatan
ortodontik bertujuan untuk memperbaiki kasus-kasus gigi berjejal yang terjadi karena perkembangan rahang yang
kurang sempurna, atau karena penyebab
lain. Perawatan ortodontik sebaiknya dilakukan sedini mungkin (usia remaja)
karena pada usia ini seseorang masih mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Sehingga kemungkinan untuk mengalami perbaikan akan lebih besar dan
lebih cepat prosesnya.
Kasus-kasus dengan gigi berjejal atau
kelainan rahang termasuk perawatan yang sulit karena membutuhkan ketelitian dan
harus melalui banyak perhitungan dan pertimbangan yang matang. Oleh karena itu
perawatan ortodontik harus dilakukan oleh dokter spesialis ortodontik yang
ahli dalam bidangnya.
ahli dalam bidangnya.
Di Rumah Sakit tempat saya praktek
lapangan dulu, diantara banyaknya kasus, ada juga kasus pasien yang datang ke Rumah Sakit dengan
keadaan gigi yang justru lebih parah setelah perawatan ortodontik yang dia
jalani. Ini bukan lagi kasus langka, beberapa kali
memang terjadi. Kenapa hal demikian bisa terjadi?, based on case study, ini adalah akibat dari pemakaian kawat gigi atau melakukan perawatan ortodontik yang tidak melalui ahlinya (Spesialis
Orthodonsia/Ortodontik). Kesalahan pengukuran, perhitungan dan lain sebagainya
yang dilakukan oleh tenaga non ahli akhirnya menyebabkan keadaan gigi geligi
yang justru lebih parah dari sebelumnya.
Dosen saya, seorang spesialis ortodontik yang
sangat expert dibidangnya, pernah bercerita tentang salah seorang pasien yang
datang padanya. Pasien tersebut berniat ingin memperbaiki keadaan gigi dan
rahangnya yang sangat parah, yang justru terjadi setelah dia melakukan
perawatan ortodontik 5 tahun lalu. Menjelang pernikahannya, pasien tersebut
mengalami penolakan dari calon mertuanya akibat keadaan gigi dan rahang yang
tidak estetis. Kebayangkan bagaimana gigi bisa menimbulkan persoalan yang
complecated, this is a real story that I got from the experience of my
lecturer. So once again, jangan pasang kawat gigi disembarang tempat ya guys!
By the
way, perawatan
ortodontik dibagi menjadi 3 menurut waktu dan tingkatan maloklusinya, yaitu :
1. Ortodontik pencegahan (Preventive Orthodontics)
Perawatan
ini dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap terjadinya gigi berjejal atau
posisi gigi maupun rahang yang tidak diinginkan sedini mungkin. Hanya pada
kasus gigi yang sudah terlanjur tumbuh berjejal tidak termasuk kedalam jenis
perawatan ini.
2. Ortodontik interseptif (Interceptive
orthodontics).
Ortodontik
interseptif merupakan tindakan atau perawatan ortodontik pada maloklusi yang
mulai tampak dan sedang berkembang. Disini maloklusi sudah terjadi sehingga
perlu diambil tindakan perawatan guna mencegah maloklusi yang ada tidak
berkembang menjadi lebih parah. Tindakan yang termasuk disini antara lain
dengan menghilangkan penyebab maloklusi yang terjadi agar tidak berkembang dan
dapat diarahkan agar menjadi normal. Contoh yang paling baik dari ortodontik
interseptif ini adalah program terencana dari pencabutan beranting (serial
extraction), yaitu pencabutan gigi kaninus desidui dan premolar yang dilakukan
pada keadaan dimana gigi depan permanen tampak sedikit berjejal, sehingga
dengan pencabutan pada waktu yang tepat dan terencana maka dapat memperbaiki
gigi yang berjejal tadi. Tindakan interseptif lainnya misalnya dengan
memberikan space retainer untuk mendapatkan kembali ruang yang menyempit akibat pencabutan atau
hilangnya gigi desidui yang terlalu awal. Juga tindakan pelebaran rahang atas
secara cepat ( RME = Rapid Maxillary Expansion) pada rahang atas yang sangat
sempit dimana sutura palatina masih renggang (belum terjadi interdigitasi
sutura). Perawatan pada otot (myotheraphy) misalnya pada musculus orbicularis
oris yang hipotonus juga termasuk tindakan interseptif. Demikian juga
pergeseran ke distal molar satu permanen baik atas maupun bawah untuk mengatasi
panjang lengkung yang kurang. Tindakan
perawatan interseptif ini dilakukan pada periode gigi bercampur (mixed dentition).
3. Ortodontik korektif atau kuratif (Corrective atau
curative orthodontics)
Ortodontik
korektif merupakan tindakan perawatan pada maloklusi yang sudah nyata terjadi.
Gigi-gigi yang malposisi digeser ke posisi normal, dengan kekuatan mekanis yang
dihasilkan oleh alat ortodontik. Gigi dapat bergeser karena sifat adaptive
response jaringan periodontal. Ortodontik kuratif atau korektif ini dilakukan
pada periode gigi permanen.
Kemudian menurut periode perawatannya, ortodontik dibagi dalam 2 periode, yaitu :
1. Periode aktif,
merupakan periode di mana dengan menggunakan tekanan mekanis suatu alat
ortodontik dilakukan pengaturan gigi-gigi yang malposisi, atau dengan
memanfaatkan tekanan fungsional otot-otot sekitar mulut dilakukan perawatan
untuk mengoreksi hubungan rahang bawah terhadap rahang atas. Contoh alat aktif
yaitu plat aktif dan plat ekspansi .
2. Periode pasif, yaitu periode perawatan setelah
periode aktif selesai, dengan tujuan untuk mempertahankan kedudukan gigi-gigi
yang telah
dikoreksi agar tidak relaps (kembali seperti kedudukan semula), dengan menggunakan Hawley retainer.
Contoh alat pasif yaitu aktivator (suatu alat myofungsional).
Dan yang terakhir ingin saya tulis
di post kali ini adalah, menurut cara
pemakaian alatnya, perawataan ortodontik dibagi menjadi :
1. Perawatan
dengan alat lepasan (removable appliances), yaitu alat yang dapat dipasang dan
dilepas oleh pasien sendiri, dengan maksud untuk mempermudah pembersihan alat.
Alat ini mempunyai keterbatasan kemampuan untuk perawatan, sehingga hanya
dipakai untuk kasus sederhana yang hanya melibatkan kelainan posisi giginya
saja. Contohnya yaitu ; plat aktif, plat ekspansi, aktivator, bite raiser dan
lain-lain.
2. Perawatan
dengan alat cekat (fixed appliances), yaitu alat yang hanya dapat dipasang dan
dilepas oleh dokter yang merawat saja. Alat cekat ini mempunyai kemampuan
perawatan yang lebih kompleks. Contohnya yaitu ; Teknik Begg, Edgewise, Twin
Wire Arch, Straightwire dan lain-lain.
Source : Sulandjari, H., 2008, Buku Ajar Ortodonsia I KGO I, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Comments
Post a Comment