Sedikit Renungan di Penghujung Ramadhan

Barangkali saat terjatuh kita pernah merasa dunia ini begitu tidak adil. 
"Kok si ono begitu, tapi aku begini"
"Kok si ono udah, tapi aku belum"
"Kok si ono punya, tapi aku engga"
.........dan sederet bandingan lainnya. Dengan atau tanpa sadar, kalimat-kalimat semacam itu seringkali terlontar dari bibir pendosa seperti kita. Rumput milik tetangga selalu saja terlihat lebih hijau dan tanamannya begitu subur-yang kita duga tanpa si empunya rajin menyirami. Kadang prasangka memang bisa sedangkal itu. Meski kita tahu dugaan itu sebaik dan sekejam apapun tentu ada sebab akibatnya. Tapi percayalah ada yang tidak kita tahu, ada yang tidak kita lihat dari apa yang terlihat. Siapa yang tahu ternyata diam-diam mereka berupaya lebih gigih dari yang kita lihat. Bukankah usaha tak kan pernah mengkhianati hasil?.

Seorang yang kesabarannya tengah menipis dan keimanannya tengah krisis memang rawan kufur. Membandingkan diri dengan apa yang orang lain dapatkan. Padahal mestinya tidak perlu demikian karena Allah telah menentukan bagian untuk kita masing-masing.
Bisa jadi hidup kita yang sekarang adalah perwujudan doa-doa kita terdahulu, hanya kita tidak menyadarinya.

Mengapa kita sering kali terlalu khawatir dengan sesuatu yang jelas belum terjadi? sedang kita sama-sama tahu bahwa Ia adalah perencana terbaik yang sedikitpun tak kan pernah mampu kita mendiktenya. 

Untuk apa sibuk mencari pembenaran bahwa kita telah pantas menerima ini dan itu?, padahal jelas bukan kita atau sesama yang menilai. Kita seharusnya berserah untuk semua urusan pada Allah. Meski penantian memang bisa begitu menyiksa, tapi percayalah akan ada sesuatu yang lebih indah dari sekedar angan bagi yang bersabar.  

Allah adalah Tuhan yang sangat memperhatikan proses. Kita tidak perlu terlalu khawatir terhadap hasil dan apa yang jelas belum terjadi. Biarkan Allah bermain dengan tangan dan kehendakNya. Kita hanya perlu berikhtiar dan tawakal, berproses untuk menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik lagi setiap harinya. 


Dear Allah, Tuhan kami

Jadikan kami seorang yang pemaaf, terutama untuk memaafkan diri sendiri yang sulitnya melebihi memaafkan orang lain.

Berikan kami sabar yang tak berbatas agar selalu berkhuznudzon dan berlapang hati menerima apa yang menjadi ketetapanMu-yang pasti terbaik untuk kami.

Kami seringkali lupa bahwa banyak orang di luar sana yang mungkin mengalami kejadian lebih menyakitkan, tak seberuntung dan seindah hidup kami. Jika belum dan tidak diperkenankan melihat keindahan rembulan maka pasti ada sesuatu yang lebih indah dari sekedar menatap rembulan di langit. Karena kemuliaan yang Engkau peruntukkan untuk kami tak kan pernah tertukar. Seharusnya kami khatam soal itu. Tapi kedangkalan cara berpikir dan keterbatasan kami memahami ilmuMu yang teramat luas, seringkali membuat kami nyaris berputus asa. Maka jauhkan kami dari sifat dan sikap maha buruk itu. 

Dan permohonan kami padaMu di penghujung ramadhan ini Ya Allah,
Jadikanlah puasa dan kebaikan yang telah kami coba lakukan karenaMu, menjadi yang Engkau rahmati, bukan puasa dan kebaikan yang sia-sia.

Serta pertemukanlah kami dengan ramadhan berikutnya, berikutnya lagi, dan berikutnya seterusnya.

Comments

Popular posts from this blog

Review Laser CO2 (Tahi Lalat)

Review Diamond Peel Treatment

Pengalaman Saya di Rekrutmen Nestle Indonesia