Optimisme Dalam Menulis
Aku ingin merekam peristiwa demi
peristiwa yang pernah terjadi dalam hidupku, yang pernah melintas dalam pikirku,
yang pernah membuatku sangat penasaran, yang pernah membuatku terpana, atau
sekalipun yang pernah menggerus hati. Aku ingin merekam semuanya dengan rapi agar
dapat ku kenang saat tubuhku sudah renta, kulitku berkeriput, dan ingatanku
sudah tidak tajam lagi.
Percayalah kawan pada akhirnya
kita akan menjadi bagian dari sejarah. Akan ada generasi baru setelah
keberadaan kita. Mereka-generasi yang akan datang- akan belajar dari generasi
pendahulunya. Dengan menulis semua rekaman itu akan menjadi catatan yang abadi,
dengan harapan anak cucu kelak dapat mengambil pelajaran-pelajaran yang
terselip di dalamnya. Itulah mengapa menulis adalah hal yang penting bagiku.
Ngomong-ngomong kalian tahu bagaimana cara menulis yang baik?
Dalam sebuah talkshow di Grha
Sabha Pramana Yogyakarta beberapa tahun lalu, Tere Liye menjawab “menulis itu
ya ditulis-tulis saja”. Intinya menulis itu juga perlu latihan. Dimulai dari
menulis hal-hal kecil, pengalaman, kejadian sehari-hari, atau apapun. Tidak perlu
memperhatikan sistematika, tata bahasa, dan bagaimana memberikan roh pada
tulisan terlebih dahulu. Hanya perlu ditulis-tulis saja dulu. Begitu Tere Liye
menjelaskan padaku. Ku terima tips dan trik yang Tere Liye sampaikan pagi itu.
Sepulangnya dari talkshow itu, keinginan
ku untuk bisa menulis makin menggebu-gebu. Tapi aku masih tidak tahu apa yang
hendak ku tulis dan darimana harus memulai. Akhirnya ku gencarkan usahaku untuk
memainkan jari-jemari di atas laptop bututku. Ku tulis kalimat demi kalimat
yang bermunculan di otak, yang menggerus hati, dan sebagainya. Tidak terasa
kalimat demi kalimat itu jadi satu paragraf. Ku lanjutkan paragraf demi
paragraf, kadang merasa mentok karena sulit memadukan paragraf demi paragraf
itu. Tapi aku maju terus pantang mundur, ku coba lagi dan lagi hingga jadilah
sebuah tulisan. Meski masih jauh dari kata baik, setidaknya puluhan kali percobaan
itu pernah dilakukan sebagai bentuk usaha dan tidak boleh berhenti.
Lalu sekarang apa sudah bisa menulis dengan baik?
Belum, belum sama sekali. Hingga
detik ini aku hanya bisa menulis hal-hal sederhana berdasarkan pengalaman,
kejadian sehari-hari, yang pernah ku lihat, ku alami, yang manis, dan yang
pahit. Kesemuanya hanya berupa curahan hati. Seringkali aku tidak memperhatikan
sistematika yang terstruktur, isi gagasan, dan mengabaikan bagaimana caranya
agar enak dibaca. Kubiarkan mengalir begitu saja, hanya ditulis-tulis saja.
Inspirasi untuk menulis
seringkali tidak dapat dimunculkan tetapi datang secara tiba-tiba. Kutipan dari
tulisan I Made Andi Arsana berjudul Menulislah di Kala Terpana yang berbunyi
“jika sedang menggebu-gebu maka harus segera dituliskan sebelum tertimbun oleh
kesibukan sehari-hari dan gairah untuk menceritakannya menjadi pudar”, adalah
benar adanya. Aku pribadi jika inspirasi tiba-tiba bermunculan maka harus
segera bertatap dengan layar laptop atau sementara ku tuliskan di ponsel jika
sulit mejangkau laptop. Jika tidak begitu maka aku akan kehilangan kesempatan.
Saat ide dan rasa hanya muncul
sepotong dua potong maka biasanya aku hanya sampai di draft. Saat emosi stabil
ku lihat dan ku baca lagi draft tersebut, ku perbaiki tata tulis, kata demi
kata, kalimat, dan mencoba memadukan paragraf demi paragrafnya, tidak jarang
saya tambahkan gimik-gimik berharap tulisan akan lebih menarik J.
Bagaimana dengan hasilnya saat ini, apa sudah baik?
Belum, hingga detik ini aku masih
belajar memperbaiki semuanya. Segala sesuatu itu bisa dipelajari, semua kembali
kepada niat dan usaha. Aku percaya dengan terus berlatih, suatu hari aku akan
punya tulisan yang baik dan layak untuk dipublikasi.
Tulisan tentang apa itu?
Kita tunggu saja.
Comments
Post a Comment