Hari Kartini Lagi
Ku lihat beberapa rekan berduyung-duyung menuju finger print spot karena sadar kemungkinan terlambat. Hujan yang turun cukup deras membuat setting tubuh melandai. Ditambah traffic jam dan kostum khusus hasilnya adalah terlambat masuk kantor. 07.36 WIB, tercatat 6 menit keterlambatan untukku.
Pagi ini kami para perempuan mengenakan kebaya dan pakaian sejenisnya, dan mereka para lelaki mengenakan beskap/sorjan dan pakaian sejenisnya pula. Kebiasaan ini berulang dari tahun ke tahun menjadi tradisi. Rasanya tidak afdol jika melewati 21 April tanpa kostum, ceremoni, atau kegiatan khusus untuk memperingatinya.
Balkon Siti Sonya 1A
21 April 2017, 21:29 WIB
21 April 1879, Kartini sang pejuang emansipasi lahir dan tumbuh dewasa di tengah adat istiadat jawa kota Jepara. Itulah mengapa kami mengenakan pakaian adat jawa setiap 21 April. Ngomong-ngomong soal emansipasi, dalam konteks kekinian agaknya pemahaman makna emansipasi telah mengalamai pergeseran. Emansipasi wanita, kini dianggap sebagai perjuangan kaum perempuan untuk memperoleh kedudukan dan kesetaraan yang sama dengan laki-laki. Namun dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, ada kumpulan surat-surat yang ditulis oleh Kartini pada teman-teman Belanda-nya saat dalam masa perjuangan. Salah satu yang favorit adalah penggalan surat Kartini pada Stela/Estelle H. Zeehandelaar, 25 Mei 1899 "tangan dan kaki kami masih terbelenggu, masih terikat pada hukum, adat istiadat, dan kebiasaan negeri kami".
Jika menilik isi surat-surat yang tertuang dalam buku tersebut, Kartini memperjuangkan 2 hal yaitu pendidikan dan menghindari pernikahan poligami. Makna emansipasi wanita dalam pemikiran Raden Ajeng Kartini yang tertuang dalam buku tersebut adalah menginginkan kebebasan dan kemandirian dalam bidang pendidikan dan rumah tangga. Kartini ingin diberi kesempatan mengenyam pendidikan di bangku sekolah dan menolak adanya pernikahan poligami. Kartini tidak menuntut hak-hak perempuan seperti kebarat-baratan, namun menuntut hak perempuan yang memang menjadi haknya.
Memiliki hari lahir yang bertepatan dengan peringatan hari lahir R.A. Kartini sang penggagas emansipasi, adalah bonus tersendiri untukku. Selain mudah diingat dan menjadi hari yang juga dirayakan oleh semua orang, hal ini merupakan motivasi dan reminder untuk diri sendiri untuk selalu memperjuangkan kebaikan.
Dan bagian paling menarik dari 21 April tahun ini adalah 2 kado mengejutkan yang dikirim ke kantor via kurir dan abang gojek. Tentu pengirimnya 2 orang yang berbeda. Yang ku nilai adalah bukan seberapa besar kado tersebut melainkan effortnya untuk memberikan sedikit perhatian di sela kesibukan masing-masing. Dan tak kalah menarik adalah setting persekongkolan masing-masing dari mereka bersama kurir dan abang gojek yang tetap bungkam saat dijejali beberapa pertanyaan, demi sebutan 'kado misterius'.
Bahagia? Tentu saja. Kami yang rajin memberi perhatian sesekali juga butuh diperhatikan terutama di hari yang tidak biasa.
Terima kasih kalian yang sudah memberi sedikit perhatian dan selamat hari Kartini untuk semua perempuan Indonesia baik yang telah purna dalam perjuangan maupun yang masih dan sedang dalam perjuangan.
Comments
Post a Comment