Sekretaris: I love My Job
Salah
besar jika sekretaris hanya dianggap sebagai seorang yang hanya bisa mengangkat
telepon dan menjadi “bemper” pimpinan. Banyak orang menganggap enteng profesi
sekretaris (salah satunya aku, tapi itu dulu, sebelum aku mengenal bagaimana
kehidupan sekretaris professional di dunia kerja).
Kegiatan
sekretaris di duniaku yang lalu ya hanya seperti itu, seperti yang kalian tahu,
menulis di black board dengan kapur tulis (anak
90an di kelas dulu masih pakai black board, sekarang beralih ke white board
dengan spidol (kelihatannya lebih aman karena siswa tidak perlu menghirup
serbuk kapur yang bertebaran saat papan tulis dihapus), atau sekarang ini juga masih
ada sekolah-sekolah dengan black board ya?). Menulis dan menulis apa saja
yang diperintah guru, mengatur kelas jika ketua kelas tidak hadir, merecord
data kelas, menata meja guru dan ruang kelas, dan kalian tahu lah kegiatan
remeh temeh lainnya. Lalu semakin tinggi jenjang pendidikan, kegiatan kesekretariatan
mulai mengalami perubahan, tidak lagi konvensional, memang ada kegiatan yang intinya
sama dan masih tetap dilakukan tapi ada juga hal-hal baru yang dilakukan di
masa SMA misalnya, atau saat aktif OSIS. Kehidupan sekretaris menjadi semakin
kompleks saat duduk di bangku kuliah, di BEM dan study club aku belajar tentang
bagaimana managemen, apa itu professional, dan ruang lingkup pengetahuan
tentang kesekretariatan pun semakin luas. Mulai punya mitra dari lintas
disiplin, mulai banyak rekan dari lintas profesi, dan pembelajaran lain tentang
human relation yang ku dapatkan dari berorganisasi.
Hingga
satu hari aku apply posisi sekretaris yang bukan kebetulan UGM buka rekrutmen
untuk ini. Mulanya aku ragu, mengingat secara kualifikasi pendidikan pastilah
aku langsung didepak begitu tim rekrutmen membaca lembar pertama CV ku. Tapi ku
pikir tidak ada salahnya dicoba (*kadang tekad sulit dibendung), dan lagi
karena soal passion di managemen. Agaknya pekerjaan ini akan cocok. Walaupun kualifikasi
pendidikan tidak sesuai, paling tidak sudah ada pemahaman secara teori apa dan
bagaimana itu sekretaris. At least ada lah basic how to be a secretary. Soal
implementasi, asal diberi kesempatan maka tidak ada yang tidak bisa. Semua hanya
soal jam terbang saja. Kalimat-kalimat itu menjadi energy positif dan kepercayaan
diri benar-benar menjadi kekuatan saat itu. Aku maju pantang mundur. Meski sebenarnya
tahu tentu akan banyak perbedaan dengan pengalaman yang lalu.
Kini,
akhirnya aku officially bekerja sebagai sekretaris di salah satu unit penunjang
di Universitas Gadjah Mada. Keinginan mengabdi pada almamater kesampaian,
something like a dream comes true memang. Walaupun bukan tujuan utama tapi
tidak apa mungkin ini tempat terbaik yang Allah beri untukku, saat ini. Setidaknya
pemberhentianku saat ini juga bukan tempat yang buruk. Dan untuk sampai di
titik ini tentu bukan serta merta tanpa perjuangan dan penantian. Perjalanan
tidak selalu menanjak, kadang turun, dan kadang juga landai tanpa tekanan. Aku jadi
ingat dalam masa perjuangan nan dilematis, aku pernah menemui satu malam tragis
saat benar-benar merasa lelah, mental down, dan pasrah dalam doa di pelataran
kost seorang kawan di daerah Tembalang, Semarang. Masih hangat dalam ingatan saat
itu pukul 12. 45 dini hari, malam keterpurukan yang getarannya masih bisa ku
rasakan walau sudah berlalu hampir dua tahun lalu. (soal yang satu ini ku
ceritakan lebih intim next time yaa hehe).
Oke
back to the lapy *maaf jadi ngelantur kemana-mana.
Setelah
official barulah ku tahu, menjadi sekretaris yang sebenar-benarnya sekretaris itu
tidak mudah, harus multi tasking. Kalau kata A.S. Hornby, Secretary is an
employee in an office who deals with correspondence, keep record, make
arrangements and appointments for particular member of the staff. Nyatanya tidak
sesederhana kalimat itu. Memang kita perlu tahu setiap profesi memiliki
tantangan masing-masing. Dan yang terbaru adalah 3 bulan lalu, aku menghadiri
undangan rapat asosiasi alumni di kampus dengan beberapa dosen, para senior,
kawan-kawan seangkatan, termasuk adik-adik angkatan dulu. Salah satu agenda pertemuan
itu adalah peresmian pengurus asosiasi profesi periode 5 tahun ke depan dan aku
didapuk menjadi sekretaris. Entahlah akhirnya kata “sekretaris” seolah
benar-benar melekat dalam kehidupanku. At least itu yang ku rekam dalam
sepanjang perjalananku di hampir seperempat abad usia ini.
PS:
Kena juga witing tresno jalaran soko kulino, I’ve been almost 2 year since
official as a secretary and over all I love my job.
Comments
Post a Comment