Baiknya Saling Memahami
Belum lama ini aku kedatangan 6 orang tamu dari Koriyama Jepang. Tamu pimpinan lebih teptnya. 5 orang Profesor dan 1 orang staf international affairs. Kedatangan mereka dalam rangka menindaklanjuti kerja sama antara Southern Tohoku Hospital Group (STHG) Jepang dengan Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM). Sebelumnya kita memang telah bekerjasama sejak beberapa tahun lalu. Namun kerjasama tersebut dinilai kurang maksimal dan lagi Memorandum of Understanding yang lalu telah habis masa berlaku, maka perlu kita perpanjang. Selain untuk agenda penandatanganan MoU, kita agendakan juga Joint Seminar mengenai Cancer Management dan beberapa teraphy dengan teknologi terbarukan. Dalam acara tersebut, sesuai instruksi Prof (Dirut), kami mengundang juga beberapa rumah sakit jejaring, dokter spesialis, dan para ahli di bidang medis.
Tamu akan stay dari 13-16 Mei 2018. Acara inti kita laksanakan pada tanggal 14 Mei. Selebihnya, kita arrange untuk hospitality dan beberapa kegiatan kecil non formal. Dalam 3 malam yang berturut, aku selalu pulang kantor di atas jam 10 malam. Karena 3 malam yang berturut kita punya agenda non formal dengan para tamu Jepang itu. Khusus untuk hari terakhir, sebelum para tamu bertolak kembali ke Jepang, aku diminta untuk menemani mereka city tour dan ke Borobudur. Alhasil 1 hari penuh aku meninggalkan kantor untuk menemani para tamu tour ke beberapa tempat seperti Borobudur, kerajinan perak, pembuatan kopi luwak, yang ternyata baru ku tahu mereka pecinta kopi.
Sebagai seorang yang berperan di garda depan dan memang bertugas menerima serta menjamu para tamu pimpinan, aku harus pandai menjaga citra baik tempatku bekerja. Dimana kaki dipijak, disitu langit dijunjung. Dengan segala keterbatasan wawasan yang aku punya, aku harus tetap tampil prima dan berusaha untuk mengerti banyak hal. Ini tidak mudah, sungguh.
Dalam 4 hari berturut, jadwal ke empat direktur menjadi sangat padat. Imbasnya, jadwal pribadi ku tak kalah menjadi crowded. Pagi-siang, siang-sore, sore-malam, stand by untuk mendampingi dan mengurus keperluan serta kebutuhan para pimpinan dan tamu-tamunya. Beberapa pekerjaan rutin yang tidak terlalu urgent terpaksa aku abaikan, karena sangat mobile dan tidak stand by di depan komputer. Beberapa rekan kantor komplain untuk beberapa dokumennya yang tak kunjung aku kerjakan. Aku mengerti karena mungkin mereka juga dikejar deadline, dikejar atasannya masing-masing, atau dikejar para rekanan. Aku berusaha untuk memahami posisi mereka dan juga berusaha mengatur semua pekerjaan agar berjalan baik dan terkendali. Namun, tetap aku manusia biasa yang juga memiliki banyak keterbatasan. Tanganku dua, kakiku dua, dan otakku hanya 1. Dalam mobilitas yang cukup tinggi, tidak mungkin aku mampu menghandle semua pekerjaan apalagi yang sifatnya administratif. Aku memanagenya dengan skala prioritas dan urgensi.
Saat aku berusaha untuk memahami semua keadaan, termasuk posisi dan kepentingan mereka, aku berharap mereka pun demikian sebaliknya terhadapku. Beberapa orang mau mengerti, namun 1,2 rekan kerja agaknya sulit menerima. To be honest, ingin sekali aku mengutamakan seluruh kepentingan mereka, saat mereka memintaku untuk A, B, dan Z, ingin sekali langsung ku berikan atau ku kerjakan. Tapi sekali lagi, aku punya keterbatasan. Tidak semua hal yang kita inginkan bisa langsung kita dapatkan, atau langsung orang lain bisa kerjakan. Karena semua orang punya pekerjaan, prioritas, dan kepentingan-kepentingan lain yang harus lebih di dahulukan. Semua butuh proses, we have to know that.
numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*