Banda Neira Yang Singkat


Yang patah tumbuh, yang hilang berganti
Yang hancur lebur akan terobati
Yang sia-sia akan jadi makna
Yang terus berulang suatu saat henti
Yang pernah jatuh kan berdiri lagi

Demikian cuplikan lirik salah satu lagu dari sekelompok musisi berlabel Banda Neira yang cukup menjadi penyemangat malam ini. Tapi anyway ocehan yang ingin ku tuliskan malam ini tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan lirik lagu di atas (hehe hanya sedang teringat sesuatu saja).

Banda Neira yang ingin ku ceritakan adalah sebuah pulau nun jauh di timur Indonesia sana. Pulau eksotis yang tidak hanya menyimpan keindahan alam tetapi juga menyimpan banyak kisah masa lampau, yang mampu memikat hati siapa saja yang pernah mengunjunginya.

Pulau Neira (Banda Neira) adalah pulau kecil di tengah lautan Banda. Kalau kita lihat di peta Maluku, letak pulau ini ada di tenggara Ambon dan merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Banda. Di Kepulauan Banda terdapat beberapa pulau seperti Pulau Rhun, Pulau Ai, Pulau Hatta, Pulau Syahrir, Pulau Banda Besar, dan lainnya, hanya memang Pulau Neira-lah sebagai jantungnya.
Teman-teman tahu Pala kan? Banda Neira inilah penghasil Pala itu. Rempah-rempah yang amat tersohor dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para penjajah hingga rela mengarungi lautan beribu-ribu kilometer untuk menguasai perdagangannya. Kalau teman-teman berjalan sambil menikmati bangunan-bangunan khas Eropa abad 17-an, di kanan dan kiri bahu jalan juga akan terlihat jemuran Pala melimpah ruah. Ini menjadi pemandangan tersendiri untukku.

Di pulau ini juga terdapat jejak-jejak diasingkannya para tokoh pendiri bangsa seperti Sutan Sjahrir, Bung Hatta, Iwa Kusuma Sumantri, dan Dr. Tjipto Mangunkusumo. Rumah – rumah pengasingan yang pernah mereka tinggali masih berdiri anggun dan terawat hingga kini. Bahkan nama Hatta dan Sjahrir dijadikan sebagai nama pulau di Kepulauan Banda (sudah ku mention di atas).

Banda Neira itu bisa dibilang sepi, hanya ramai ketika ada kapal berlabuh. Seperti saat aku berlabuh dengan KM Tidar sebelum melanjutkan pelayaran ke Yos Sudarso, di bibir pelabuhan sudah penuh penduduk lokal yang menggelar lapak-lapaknya, ada yang menawarkan jasa pijat, jasa angkut, ojek, dan lain sebagainya. Ada juga penduduk lokal yang menawarkan jasa mengantar ke tempat-tempat andalan pulau ini (sebut saja tour guide). Jadi begitu turun dari kapal mereka langsung merangsek dan menyambut dengan negosiasi tarif.
Kesepian Neira pas sekali untuk teman-teman yang ingin pelarian dari hiruk pikuk kehidupan kota dan polusi yang undercontrol. Untuk kalian yang suka menyelam, jangan khawatir disini hampir semua spot bagus (katanya, aku belum coba sih hehe hanya informasi dari seorang teman penyelam saja yang saat itu sedang menyelam di Jefman, Papua Barat). Mau scuba atau diving, silakan nikmati surga kalian disini. Dan teruntuk kalian yang ingin pelarian dari mmmmm kegalauan may be?, hati-hati pulau ini punya potensi untuk bikin kalian semakin baper.
Berikut ini beberapa tempat sejarah yang bisa dikunjungi :
1.    Benteng Belgica
Benteng ini terletak pada ketinggian sekitar 30 meter dari permukaan laut. Pemandangan dari atas Belgica bukan main indahnya. Hamparan laut, gagahnya Gunung Api Banda, dan segala penjuru bisa kita nikmati dari atas sini. Kita hanya butuh waktu kurang lebih 10 menit dengan berjalan kaki dari pelabuhan untuk sampai di Belgica. Dulu saat masa penjajahan, Portugis mendirikan benteng ini pada tahun 1611 sebagai pusat pertahanan. Sebagai informasi, di atas benteng ini terdapat meriam kuno. Belgica kemudian beralih fungsi menjadi pusat pemantauan lalu lintas kapal dagang di era penjajahan Belanda.

Sebetulnya ada beberapa benteng lagi seperti Benteng Hollandia di Negeri Lonthoir (Pulau Banda Besar), Benteng Concordia, Benteng Nassau dan Benteng Revengie, tapi ah sayang sekali karena waktu dan keterbatasan lainnya aku hanya sempat berkunjung ke benteng ini.

2.    Istana Mini Banda Neira
Masih ingat pelajaran sejarah SD-SMP tentang VOC? Kalau nama Joen Pieterszoen Coen atau sering disingkat JP. Coen masih ingat tidak?. Ya, dialah Jenderal VOC dan Istana Mini ini adalah tempat tinggalnya.
3.    Rumah Pengasingan Bung Hatta
4.    Rumah Pengasingan Bung Syahrir
5.    Rumah Pengasingan Dr. Tjipto Mangunkusumo
6.    Rumah Budaya Banda Neira
     Tempat disimpannya barang-barang peninggalan para penjajah dan catatan-catatan sejarah
7.    Gereja Tua Hollandische Kerk
8.    Parigi Rante, monumen pembantaian penduduk lokal terkemuka oleh VOC

Dan berikut ini saya share beberapa informasi untuk teman-teman yang tertarik menginjakkan kaki di Banda Neira :
1. Penting bagi kita untuk mempertimbangkan faktor musim. Tahu kan Laut Banda? Sangat dalam dengan ombak yang mengerikan. Mungkin kita bisa pilih musim yang tepat pada sekitar Bulan September hingga awal Bulan Desember. Pertimbangan lain kalau kita pilih di bulan-bulan itu juga kalau ingin mampir ke pulau-pulau di sekitar Banda Neira (bisa dengan perahu motor atau speedboat) sangat memungkinkan karena ombak akan relatif tenang.

2. Pilihan transportasi yang bisa membawa kita kesana tentu hanya ada 2 yaitu jalur laut dan jalur udara. Penting untuk diketahui bahwa jadwal kapal dan pesawat ke Banda tidaklah mudah. Kapal laut tujuan Banda hanya ada 2 minggu sekali dan Pesawat satu minggu sekali, itu pun pesawat perintis. Pesawat perintis dari Bandara Pattimura, Ambon memakan waktu sekitar 50 menit. Pengalamanku dulu pernah naik pesawat perintis (bukan untuk tujuan ke Pulau Banda) nano-nano rasanya, karena tegang 1,5 jam rasanya begitu lama. Sedangkan jika menggunakan kapal laut menghabiskan waktu sekitar 8 jam dari Pelabuhan Yos Sudarso. Tapi kalau teman-teman juga punya banyak waktu bisa berlayar langsung dari Jawa (ini asli seru). Dengan KM Tidar rutenya seperti ini, Surabaya-Makassar-Baubau-Ambon-Banda-Tual-Dobo-Kaimana-Fakfak.

3. Untuk penginapan, tentu ini bisa disesuaikan dengan tebal tipis kantong masing-masing. Atau jika ingin merasakan pengalaman berbeda bisa sounding ke penduduk lokal atau kepala desa. Ada beberapa teman backpack-ku yang suka sharing kalau bepergian seperti itu lebih suka mendekati penduduk lokal untuk ikut bermalam nanti kita bisa berikan sedikit tanda terimakasih dan untuk mengganti uang makan. Bahkan biasanya mereka menolak dan justru merasa senang jika ada pendatang ke pulau mereka. Apalagi jika niatnya untuk belajar tentang budaya dan kearifan lokal, mereka akan sangat open.

Untuk urusan perut jangan khawatir, banyak lapak – lapak menjual makanan enak. Terutama aneka masakan ikannya yang tentu ikan segar. Yang paling aku suka pisang goreng cocol sambal hmmmm endes. Semula merasa aneh, kok pisang goreng manis dimakan dengan dicocol sambal. Begitu coba, langsung merem melek saking enaknya. Apalagi dimakan sambil lesehan santai di dermaga.

Oh ya untuk berkeliling di Pulau Neira, ada Abang Ojek yang siap menemani, tinggal panggil saja. Ongkosnya tidak mahal hanya sekitar 30 ribu. Kalau aku prefer dengan berjalan kaki saja sambil menikmati lingkungan penduduk. Lagi pula beberapa tempat tujuan memang jaraknya saling berdekatan. Untuk kita yang ingin mampir di pulau-pulau lain yang ada di area Kepulauan Banda, seperti Pulau Hatta dkk. bisa dengan perahu motor atau speedboat. Tapi tidak semua pulau di Kepulauan Banda itu berpenghuni. Dan sebagai informasi, Banda teriknya bukan main jadi jangan lupa untuk memakai sunblock dan topi (proteksi untuk kulit dari paparan sinar matahari langsung itu penting banget, walaupun pada akhirnya kulit tetap jadi kelam dan merah-merah sih hehe).
Kesempatan berpijak di tanah Banda meski dalam waktu yang singkat adalah hal yang sangat aku syukuri. Ini pelayaran terjauhku dengan kapal besar. Perjalanan luar biasa yang penuh pembelajaran dan mendewasakan. Bukan hanya menikmati keindahan pulau atau menyelami lautnya, tetapi juga napak tilas sejarah masa lampau. Dan istimewanya bertemu orang-orang baru, menjalin hubungan baik dengan mereka teman seperjalanan adalah kesenangan tersendiri untukku. Karena aku yakin, mereka siapapun itu yang kita temui dalam hidup selalu membawa pelajaran. Kabar baiknya adalah hubungan itu masih terjaga hingga saat ini.

Padamu Banda, terimakasih telah memberiku beribu kenangan.
Dariku, yang sedang sangat merindukanmu.


*Untuk foto-foto semoga bisa ku share segera di postingan selanjutnya. Malam ini sampai disini dulu ya, sudah pukul 02.15 a.m.*



Comments

Popular posts from this blog

Review Laser CO2 (Tahi Lalat)

Review Diamond Peel Treatment

Pengalaman Saya di Rekrutmen Nestle Indonesia